Sejarah Desa Banmaleng
Asal usul Pulau Giliraja punya cerita sebagai berikut : Pada Tahun 1300 M Raja Baragung mengadakan sayembara yang berbunyi “ barang siapa bisa mengalahkan atau menaklukkan Nyi Roro Kidul ( Dewi Saraswati ) akan medapatkan hadiah sebuah Tahta.
Dari sekian banyak Patih atau Demang tidak ada yang berani mengikuti sayembara tersebut, hanya ada seorang Patih Demang yang bernama Pangeran Rawit ( Agung Demang ) yang berani ikut sayembara demi keselamatan kerajaan dan pulau Madura dari ancaman Nyi Roro Kidul ( Dewi Saraswati ) yang akan mengeringkan dan menghancurakan Pulau Madura.
Menurut cerita / dawuh para leluhur Pangeran Rawit ( Agung Demang ) berangkat untuk melaksanakan tugasnya menuju sebuah pulau ( Pulau Giliraja ) dengan menaiki selembar pelepah kelapa ( karocok dalam bahasa Madura ) dengan ditemani seekor kuda dan ular. Dan sesampainya dipulau tersebut ( Pulau Giliraja ) Pangeran rawit ( Agung Demang ) merasa kehausan lalu beliau menancapkan tongkatnya dan keluarlah air lalu daerah ini terkenal dengan sebutan Somor Agung. Dan didaerah ini juga banyak ditumbuhi Pohon Waru ( Berru dalam bahasa Madura ) sehingga daerah ini diberi nama Desa Banbaru. Setelah Pangeran Rawit selesai melepas lelah beliau melanjutkan perjalanannya kearah barat dan ditengah perjalanan beliau dihadang segerombolan perampok (maleng dalam bahasa Madura) yang jumlahnya sekitar 41 orang hingga terjadilah pertarungan dan akhirnya para perampok tersebut dapat ditumpas. Hingga akhirnya daerah ini diberi nama Desa Banmaleng ( Ban berarti Kumpulan Maleng para maling / perampok). Dari 41 maling / perampok tersebut seorang yang masih hidup yaitu yang bernama Lanon melarikan diri dan menghanguskan pepohonan. Pangeran Rawit terus menelusuri pulau tersebut ( Pulau Giliraja ) hingga akhirnya Pangeran Rawit bertemu kembali dengan Lanon dihutan Jati, lalu terjadilah pertarungan hebat diantara keduanya. Dalam pertarungan tersebut akhirnya Lanon dapat dikalahkan oleh Pangeran Rawit, dan akhirnya Lanon diperintahkan untuk bertapa untuk mencari dan mempelajari jati dirinya ( Sejatining Roso dalam bahasa Jawa ) sehingga daerah ini diberi nama Desa Jate. Selanjutnya Pangeran Rawit meneruskan perjalanannya hingga beliau sampai didaerah bebatuan yang berlubang – lubang yang banyak digunakan sebagai tempat persembunyian dan juga digunakan tempat bertapa.
Sehingga daerah ini diberi nama Ban Lobang. Ban berarti banyak / kumpulan dan Lobang berarti lubang, sehinggan daerah ini diberi nama Desa Lombang yang berada di ujung timur Pulau Giliraja.
Dan menurut dawuh para leluhur akhirnya Pangeran Rawit melakukan pertapaan dengan merubah dirinya menjadi seekor Buaya Putih untuk melawan Nyi Roro Kidul, namun para leluhur kita tidak mengetahui siapa yang menang dalam pertarungan tersebut.
Dengan perwujudan Pangeran Rawit menjadi seekor Buaya Putih ini maka menurut dawuh para leluhur pulau ini diberi nama : Gili Bajah ( Gili : berarti Pulau Kecil, Bajah : berarti Buaya )
Pemerintahan Desa Banmaleng merupakan satu pemerintahan yang ada sejak jaman kerajaan. Sesuai dengan perkembangan keadaan dan kondisi masyarakat maka wilayah pemerintahan terdiri atas 4 dusun.
Dimulai secara administrasi pemerintahan Desa Banmaleng belum ada kejelasan tahun kapan pemerintahan yang dipimpin oleh Pangeran Rawit yang merupakan utusan Raja Keraton Sumenep. Pada saat itulah penduduk/masyarakat mulai diajak bermusyawarah mengenai tata cara membangun serta mengubah/merubah 4 (empat) perkampungan menjadi satu desa. Karena masih terkait sejarah wilayah selatan diberi nama Desa Banmaleng. Pada kepemimpinannya mulai dibuka jalan utama yang pada saat ini menjadi jalan poros desa.
Beberapa tahun kemudian kepemimpinan Pangeran Rawit diganti oleh Kepala Desa P.Lusin ± tahun 1930 dimana pada masa pemerintahannya menggantikan Pangeran Rawit masih mengikuti pola pemerintahan Kerajaan Sumenep.
Masa kepemimpinan Kepala Desa P.Lusin digantikan oleh P.Ratima dan pada masa pemerintahannya belum ada perkembangan karena masih dalam masa penjajahan pemerintah belanda.
Selang beberapa tahun kemudian kepemimpinan Desa Banmaleng diganti Asma’e kemudian oleh H.Musyaffa’ (1975 - 2007).
Setelah sekian lama dipimpin oleh H.Musyaffa’ (1975 - 2007) kepemimpinan jabatan Kepala Desa dipegang oleh H.Moh.Rakib sampai 2019 dan Jabatan Kepala Desa kemudian dipegang oleh RAMLI sampai sekarang.